Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil
Dee (lahir di Bandung, Jawa
Barat, 20 Januari 1976; umur 37 tahun) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia. Dee pertama kali dikenal masyarakat sebagai anggota
trio vokal Rida
Sita Dewi. Ia merupakan alumnus SMA Negeri 2 Bandung
dan lulusan Universitas Parahyangan, jurusan Hubungan Internasional. Dee terlahir sebagai
anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan
br Siagian (alm). Salah seorang adik kandungnya, yaitu Arina
Ephipania, merupakan vokalis dari group
musik Mocca. Sejak kecil Dee
telah akrab dengan musik. Ayahnya adalah seorang anggota TNI yang belajar piano secara otodidak. Sebelum bergabung dengan Rida Sita Dewi
(RSD), Dee pernah menjadi backing vocal untuk Iwa K, Java
Jive dan Chrisye. Sekitar bulan Mei 1994, ia bersama Rida
Farida dan Indah
Sita Nursanti bergabung membentuk
trio Rida Sita Dewi
(RSD) atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian.
Trio RSD meluncurkan
album perdana, Antara Kita pada tahun 1995 yang kemudian dilanjutkan
dengan album Bertiga (1997). RSD kemudian berkibar di bawah bendera Sony Music Indonesia dengan merilis album Satu (1999) dengan nomor
andalan antara lain, "Kepadamu" dan "Tak Perlu Memiliki".
Menjelang akhir tahun 2002, RSD mengemas lagu-lagu terbaiknya ke dalam album The
Best of Rida Sita Dewi dengan tambahan dua lagu baru, yakni "Ketika
Kau Jauh" ciptaan Stephan Santoso/Inno Daon dan "Terlambat Bertemu", karya pentolan Kahitna, Yovie
Widianto. Pada tahun 2006, Dee
meluncurkan album berbahasa Inggris berjudul Out Of Shell, dan tahun
2008 melucurkan album RectoVerso,Album Ini mengundang Arina Mocca berduet di
lagu Aku Ada dan berduet di lagu "Peluk" dengan Aqi Alexa. Hits
besarnya adalah "Malaikat Juga Tahu". Di Album ini juga Dee merilis
ulang lagu milik Marcell Siahan berjudul "Firasat".
Sebelum Supernova
keluar, tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah sering menulis. Tulisan Dee
pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul "Sikat
Gigi" pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter,
sebuah media berbasis budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan
sendiri. Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul "Ekspresi" ke majalah Gadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis
dimana ia berhasil mendapat hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia
menulis cerita bersambung berjudul "Rico the Coro" yang dimuat di
majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2 Bandung, ia pernah
menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.
Novel pertamanya yang
sensasional, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, dirilis
16 Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan
terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah
sains dan cerita cinta. Bulan Maret 2002, Dee meluncurkan “Supernova Satu”
edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan menggaet Harry Aveling
(60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke bahasa
Inggris.
Supernova pernah
masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books.
Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto
lewat karya Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill
The Radio, Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti
karya Sampah Bulan Desember.
Sukses dengan novel
pertamanya, Dee meluncurkan novel keduanya, Supernova Dua berjudul
"Akar" pada 16 Oktober 2002. Novel ini sempat mengundang kontroversi
karena dianggap melecehkan umat Hindu. Umat Hindu menolak dicantumkannya lambang OMKARA/AUM
yang merupakan aksara suci BRAHMAN Tuhan yang Maha Esa dalam HINDU sebagai
cover dalam bukunya. Akhirnya disepakati bahwa lambang Omkara tidak akan
ditampilkan lagi pada cetakan ke 2 dan seterusnya.
Pada bulan Januari
2005 Dee merilis novel ketiganya, Supernova episode PETIR. Kisah di novel ini
masih terkait dengan dua novel sebelumnya. Hanya saja, ia memasukkan 4 tokoh
baru dalam PETIR. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel
tersebut.
Lama tidak
menghasilkan karya, pada bulan Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya yaitu
RECTOVERSO yang merupakan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah
Sentuh Hati dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang
seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku
RECTOVERSO terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tagline
dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya. Website khusus mengenai
ulasan buku RECTOVERSO ada di www.dee-rectoverso.com
Pada Agustus 2009,
Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. Tahun 2012, Dee kembali mengeluarkan novel
lanjutan serial Supernova yang berjudul PARTIKEL dengan tokoh utama Zarah. Sebelum
menerbitkan SUPERNOVA, sebenarnya Dee kerap menulis di beberapa media,
dan sepertinya menulis sudah menjadi bagian dari hidupnya. Tak berhenti di SUPERNOVA:
PETIR, tahun 2006 Dee kembali menggebrak lewat buku kumpulan cerita, FILOSOFI
KOPI, disusul kemudian dengan kumpulan 11 cerita dalam RECTOVERSO
yang juga dikemas dengan bentuk lagu. Setelahnya, pada 2009 Dee menerbitkan PERAHU
KERTAS, dan disusul dengan MADRE pada tahun 2011.
Tahun 2012 menjadi tahun yang sibuk bagi Dee. 4 April
2012, Dee merilis seri SUPERNOVA terbaru berjudul PARTIKEL. 4
bulan kemudian, pada pertengahan Agustus 2012 film PERAHU KERTAS yang
diadaptasi dari novelnya mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia.
Film arahan Hanung Brahmantyo ini menaruh nama Maudy Ayunda dan Adipati Dolken
sebagai peran utama. Dewi Lestari pun ikut muncul sebagai peran pembantu.
Selain PERAHU KERTAS, karya Dewi lainnya yang
akan diangkat ke layar lebar adalah RECTOVERSO dan MADRE. RECTOVERSO
merupakan film omnibus yang digarap oleh 5 sutradara berbeda yaitu Cathy
Sharon, Olga Lidya, Marcella Zalianty, Rachel Maryam dan Happy Salma. Lima
sutradara tersebut masing-masing akan menggarap film dari cerpen dalam buku RECTOVERSO
yang berjudul Cicak di Dinding, Curhat Buat Sahabat, Malaikat Juga
Tahu, Firasat dan Hanya Isyarat.
0 komentar:
Posting Komentar